Wednesday, 9 July 2014

Kebudayaan Tarakan

Salah satu kebudayan kota Tarakan ialah Festival Iraw Tengkayu .Atraksi utama dari Festival Iraw Tengkayu adalah parade Padaw Tuju Dulung. Salah satu yang dibawa dalam parade ini adalah Padaw Tuju Dulung. Padaw Tuju Dulung adalah perahu hias yang diarak keliling kota. Pada bagian bawah perahu dipasang beberapa bilah bambu yang digunakan oleh para pemuda untuk mengangkut Padaw Tuju Dulung.
Padaw Tuju Dulung mempunyai 3 cabang yang disebut dengan haluan. Haluan pada bagian tengah dibuat 3 tingkat. Sementara 2 haluan lainnya yang ada dikanan dan kiri perahu dibentuk menjadi 2 tingkat. Jika dihitung semua tingkat yang ada di masing-masing haluan, maka total ada 7. Angka 7 ini melambang jumlah hari dalam seminggu yang digunakan sebagai perlambangan perjalanan kehidupan manusia yang harinya berulang setiap seminggu sekali.
Padaw Tuju Dulung yang diangkut oleh para pemuda dicat dalam 3 warna yang berbeda, yaitu kuning, hijau, dan merah. Bagian dari perahu paling atas mempunyai cat yang berwarna kuning. Dalam budaya Suku Tidung, warna kuning melambangkan kehormatan atau sesuatu yang ditinggikan. Oleh karena itulah warna kuning berada pada bagian tertinggi dari Padaw Tuju Dulung. Sementara 2 warna lainnya berada dibawahnya.
Pada bagian tengah Padaw Tuju Dulung terpasang 5 buah tiang. Jumlah tiang yang ada sebanyak 5 buah merupakan perlambangan dari shalat 5 waktu yang dilakukan oleh Umat Islam dalam seharinya. Tiang ini digunakan sebagai tempat untuk mengikat kain yang digunakan sebagai atap. Kain yang digunakan sebagai atap ini disebut dengan pari-pari. Tiang ini juga digunakan sebagai tempat untuk mengikat kain yang dihubungkan ke haluan perahu yang ada di kanan dan kiri.
Pada bagian tengah perahu tepat dibawah pari-pari terdapat tempat yang mempunyai bentuk seperti rumah. Tempat ini dilengkapi dengan atap bertingkat tiga yang disebut juga dengan nama meligay. Dimana dibawah meligay terdapat pintu pada keempat sisinya. Dibawah meligay inilah diletakkan sesaji yang berisi makanan yang selanjutnya akan dilepaskan di laut.
Sebagian bagian dari Festival Iraw Tengkayu diadakan pula berbagai macam lomba untuk memeriahkan acara festival. Misalnya perlombaan menembak dengan sumpit. Ini bukanlah sumpit yang digunakan sebagai alat makan yang aslinya berasal dari Tiongkok. Sumpit yang dimaksud disini adalah senjata tradisional yang digunakan oleh Suku Dayak untuk berburu hewan di hutan. Sumpit terbuat dari bilah kayu ramping yang mempunyai bentuk silinder sepanjang 2 hingga 2,5 meter.
Pada bagian tengah sumpit dibuat lubang sempit yang digunakan untuk menaruh jarum. Agar jarum ini bisa muat dengan pas pada lubang didalam sumpit, maka pada bagian belakang jarum ditambahkan sumbat.
Untuk melesakkan jarum, maka sumpit harus ditiup. Salah satu ujung sumpit diletakkan pada bibir untuk kemudian ditiup dengan kencang. Perbedaan tekanan akibat tiupan pada bagian dalam sumpit, membuat jarum melesat dengan kencang. Semua orang dengan beberapa kali mencoba saja sudah bisa melesakkan jarum dari sumpit. Namun dibutuhkan keahlian yang berasal dari latihan untuk dapat menancapkan jarum dengan tepat di sasaran.
Apalagi fungsi dari sumpit yang digunakan oleh Suku Dayak digunakan untuk berburu hewan. Maka akan diperlukan keahlian tambahan agar bisa mendekat dalam jarak tembak sumpit tanpa membuat hewan menjadi gelisah dan akhirnya melarikan diri. Hanya saja pada perlombaan menembak dengan sumpit pada Festival Iraw Tengkayu, sasaran yang digunakan adalah target tidak bergerak.
Selain lomba menembak dengan sumpit, diadakan juga lomba perahu hias. Ada berbagai macam jenis perahu yang ikut dalam perlombaan ini. Mulai dari perahu motor hingga perahu layar. Perahu motor akan dihias dengan berbagai macam kain berwarna warni yang dipasang oleh peserta lomba. Apabila perahu motor ini berukuran besar, maka biasanya mereka juga memasang panji-panji yang dikibarkan pada beberapa bagian perahu.
Selain panji ini juga terlihat ada tiang yang sengaja dipasang pada bagian tengah kapal. Dari tiang ini kemudian di pasang tali yang ujungnya ditambatkan pada beberapa bagian perahu. Tali ini dihias dengan kertas warna-warni yang bisa menambah corak warna pada perahu. Perahu layar yang berukuran lebih kecil biasanya menekankan hiasan pada layar mereka. Karena layar ini kalau sudah dikembangkan akan berukuran lebih besar dari perahu itu sendiri. Mereka secara khusus menjahit layar berwarna-warna untuk perlombaan ini saja.
Perlombaan lain yang dilaksanakan pada saat Festival Iraw Tengkayu adalah lomba memasak dan juga lari maraton. Pada perlombaan memasak, bahan baku yang digunakan berasal dari hasil laut, seperti ikan. Sementara lari maraton ini akan melewati jalanan kota sepanjang 10 km. Sebagian besar masyarakat yang mengikut perlombaan maraton adalah untuk kesenangan. Namun ada juga yang hadir sengaja untuk mengasah kemampuan mereka. Karena pada perlombaan maraton ini juga digunakan sebagai ajang untuk mencari juara baru yang bisa mewakili Tarakan dalam perlombaan maraton nasional.
Festival Iraw Tengkayu akan ditutup dengan pertunjukan kembang api. Pada acara penutupan ini juga akan ditampilkan pentas musik yang diisi oleh artis nasional. Festival Iraw Tengkayu diadakan setiap 2 tahun sekali untuk merayakan hari jadi Kota Tarakan yang jatuh pada tanggal 15 Desember. Festival yang berlangsung hingga menjelang akhir tahun ini dan ditutup dengan pertunjukan kembang api juga menjadi pelangkap perayaan pergantian tahun di Kota Tarakan.

No comments:

Post a Comment